Oleh: Bahren Nurdin
Kenali.co, Sama-sama kita ketahui bahwa The International English Language Testing System atau lebih dikenal dengan sebutan IELTS adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Lantas banyak kawan yang bertanya, “Seperti apa ujian IELTS itu? Bagaimana rasanya?” Menarik juga untuk menjawab pertanyaan itu karena baru-baru ini saya bersama kawan-kawan dari UIN STS Jambi mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian tersebut di salah satu lembaga resmi penyelenggara ujian IELTS di Surabaya.
Jadi, artikel ini sekedar berbagi pengalaman bukan tips bagaimana memperoleh nilai IELTS yang tinggi karena nilai saya sendiri belum keluar saat artikel ini ditulis, hehe. Sebenarnya jika menggunakan pengalaman Thomas Alva Edison, saya malu menulis artikel ini. Beliau saja harus menempuh 10083 kali percobaan barulah berbagi cerita sukses bagaimana menemukan lampu pijar yang kita nikmati saat ini. Saya baru perdana, kok sudah berani berbagi. Harusnya, pengalaman yang kesekian ratus baru layak saya diceritakan. Tapi biarlah, siapa tahu bermanfaat.
Bagi yang sudah pernah ikut ujian kemungkinan artikel ini tidak terlalu berkontribusi karena sama-sama sudah pernah melewatinya. Abaikan saja. Bagi yang belum, semoga dapat dijadikan gambaran dan masukan.
Setelah proses pendaftaran dan segala administrasi dilengkapi, beberapa hari sebelum hari H peserta telah diberitahu jadwal ujian. Lengkap, dari hari hingga jam masing-masing sesi ujian. Biasanya mulai dari sini kesiapan mental mulai di uji. Seorang teman berkata, “Persis seperti menunggu hari kelahiran anak pertama”. Dag dig dug sudah pasti. The level of stress increase significantly, haha. Tapi ingat kata-kata Mr. Edi (owner-nya ES, Pare - Kediri), "Tetap tenang. Santai saja". Tepat, karena ‘badai pasti berlalu’.
Pelajari dengan baik apa saja dokumen yang harus dipersiapkan karena salah sedikit saja, akan berdampak dahsyat. Bisa-bisa balik punggung. Jika ID yang gunakan KTP ya jangan bawa Paspor waktu ujian karena ID anda akan dicek dengan sangat teliti.
Sesuai jam yang telah ditentukan, peserta melakukan proses daftar ulang dan otentifikasi data. Sebelumnya, sudah ada pemberitahuan penguji anda di papan pengumuman, khususnya untuk ujian speaking (berbicara). Tidak bisa request karena sudah mereka tentukan.
Sebelum melakukan registrasi, seluruh perlengkapan ditinggal. Ingat, seluruhnya, dari HP, dompet, jam tangan, sisir, dan sebagainya. Tapi tetap pakai baju, hehe. Satu-satunya yang boleh dibawa adalah kartu identitas (ID). Salah satu petugas di sana sempat juga nyeletuk, “badan dan kepalanya juga dibawa, Mas”. Ups… iya juga ya. hahaha.
Verifikasi factual (kaya partai aja) dilakukan orang per orang. Tunjukin ID, sidik jari empat kali, dan difoto ditempat. Jika tidak ada masalah, langsung menuju ruangan dan menempati kursi yang sudah ada data peserta. Secarik kertas bertuliskan, Nama, Module, Candidate No, dan jam speaking test. Lengkap dan gak mungkin salah kursi.
Duduk dan diamlah dengan tenang karena anda harus menunggu semua peserta masuk dan menempati kursi masing-masing. Jika anda masuk yang pertama dan ada 50 peserta ujian, berarti harus menunggu 49 orang lainnya. Semua diam, tegang, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Jangan-jangan ada yang bertanya dalam hati, “keluar dari ruangan ini masih waras gak ya?” haha. Kuasai emosi anda.
Ujian dimulai dengan penyampaian beberapa aturan. Cukup ingat saja beberapa larangan keras yang disampaikan diantaranya, nyontek dan nambah waktu. Jangan coba-coba megang pensil jika pengawas sudah bilang ‘waktu habis’. Masih coba-coba? Hidup anda berakhir! Artinya, anda akan disuruh keluar saat itu juga! Apa lagi nyontek! No..no!
Babak pertama ada tiga ronde yaitu Listening, Reading, dan Writing. Mau ke WC? Lakukanlah sebelum ujian dimulai jika tidak mau pipis (maaf) ditempat ujian, haha. Lagian juga tidak ada waktu. Setiap detik yang dilwati adalah tekanan dan berharga. Lonceng ‘kematian’ terus dibunyikan dari depan yang berbunyi “40 minutes. 20 minutes. 5 minutes”. Berpaculah dengan jarum jam untuk mengerjakan soal yang diberikan. Anda yang menang, atau jamnya yang sorak sorai sambil berkata “you are loser, man!”. Maka, manajemen waktu adalah kata kuncinya.
Babak kedua adalah ujian Speaking. Dipanggil satu persatu menghadapi orang-orang yang punya bahasa alias bule. Babak ini juga terbagi menjadi tiga ronde yaitu speaking task 1, task 2 dan task 3 yang semua juga diberi waktu agar tidak seperti ngobrol di warkop kali ya, hehe. Berbicara langsung dengan orang bule tentunya cukup ‘challenging’. Apa yang paling ditakutkan? Lain yang ditanya, lain yang dijawab! Istilah IELTS-nya OOT (out of topic). Jika itu yang terjadi, penguji tidak menghentikan anda bicara, tapi cukup senyum-senyum simpul sambil ngomong dalam hati “ini anak jaka sembung bawa golok”. hahaha.
Jika sudah selesai, keluarlah. Jangan teriak dulu. Sabar, karena masih harus sidik jari sekali lagi sebagai tanda perpisahan. Setelah itu, keluarlah dengan tetap waspada.. Jika ujian di lantai dua, turunlah dengan hati-hati, karena banyak juga yang habis ujian tidak tau lagi jalan keluar, haha. Jangan terlalu stress karena ‘badai’ IELTS baru saja berlalu. Jika hasilnya belum memuaskan, masih ada hari esok. Coba lagi!
*Dosen UIN STS Jambi.
www.bahren13.wordpress.com
Oleh: Bahren Nurdin
Kenali.co, Sama-sama kita ketahui bahwa The International English Language Testing System atau lebih dikenal dengan sebutan IELTS adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris seseorang. Lantas banyak kawan yang bertanya, “Seperti apa ujian IELTS itu? Bagaimana rasanya?” Menarik juga untuk menjawab pertanyaan itu karena baru-baru ini saya bersama kawan-kawan dari UIN STS Jambi mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian tersebut di salah satu lembaga resmi penyelenggara ujian IELTS di Surabaya.
Jadi, artikel ini sekedar berbagi pengalaman bukan tips bagaimana memperoleh nilai IELTS yang tinggi karena nilai saya sendiri belum keluar saat artikel ini ditulis, hehe. Sebenarnya jika menggunakan pengalaman Thomas Alva Edison, saya malu menulis artikel ini. Beliau saja harus menempuh 10083 kali percobaan barulah berbagi cerita sukses bagaimana menemukan lampu pijar yang kita nikmati saat ini. Saya baru perdana, kok sudah berani berbagi. Harusnya, pengalaman yang kesekian ratus baru layak saya diceritakan. Tapi biarlah, siapa tahu bermanfaat.
Bagi yang sudah pernah ikut ujian kemungkinan artikel ini tidak terlalu berkontribusi karena sama-sama sudah pernah melewatinya. Abaikan saja. Bagi yang belum, semoga dapat dijadikan gambaran dan masukan.
Setelah proses pendaftaran dan segala administrasi dilengkapi, beberapa hari sebelum hari H peserta telah diberitahu jadwal ujian. Lengkap, dari hari hingga jam masing-masing sesi ujian. Biasanya mulai dari sini kesiapan mental mulai di uji. Seorang teman berkata, “Persis seperti menunggu hari kelahiran anak pertama”. Dag dig dug sudah pasti. The level of stress increase significantly, haha. Tapi ingat kata-kata Mr. Edi (owner-nya ES, Pare - Kediri), "Tetap tenang. Santai saja". Tepat, karena ‘badai pasti berlalu’.
Pelajari dengan baik apa saja dokumen yang harus dipersiapkan karena salah sedikit saja, akan berdampak dahsyat. Bisa-bisa balik punggung. Jika ID yang gunakan KTP ya jangan bawa Paspor waktu ujian karena ID anda akan dicek dengan sangat teliti.
Sesuai jam yang telah ditentukan, peserta melakukan proses daftar ulang dan otentifikasi data. Sebelumnya, sudah ada pemberitahuan penguji anda di papan pengumuman, khususnya untuk ujian speaking (berbicara). Tidak bisa request karena sudah mereka tentukan.
Sebelum melakukan registrasi, seluruh perlengkapan ditinggal. Ingat, seluruhnya, dari HP, dompet, jam tangan, sisir, dan sebagainya. Tapi tetap pakai baju, hehe. Satu-satunya yang boleh dibawa adalah kartu identitas (ID). Salah satu petugas di sana sempat juga nyeletuk, “badan dan kepalanya juga dibawa, Mas”. Ups… iya juga ya. hahaha.
Verifikasi factual (kaya partai aja) dilakukan orang per orang. Tunjukin ID, sidik jari empat kali, dan difoto ditempat. Jika tidak ada masalah, langsung menuju ruangan dan menempati kursi yang sudah ada data peserta. Secarik kertas bertuliskan, Nama, Module, Candidate No, dan jam speaking test. Lengkap dan gak mungkin salah kursi.
Duduk dan diamlah dengan tenang karena anda harus menunggu semua peserta masuk dan menempati kursi masing-masing. Jika anda masuk yang pertama dan ada 50 peserta ujian, berarti harus menunggu 49 orang lainnya. Semua diam, tegang, dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Jangan-jangan ada yang bertanya dalam hati, “keluar dari ruangan ini masih waras gak ya?” haha. Kuasai emosi anda.
Ujian dimulai dengan penyampaian beberapa aturan. Cukup ingat saja beberapa larangan keras yang disampaikan diantaranya, nyontek dan nambah waktu. Jangan coba-coba megang pensil jika pengawas sudah bilang ‘waktu habis’. Masih coba-coba? Hidup anda berakhir! Artinya, anda akan disuruh keluar saat itu juga! Apa lagi nyontek! No..no!
Babak pertama ada tiga ronde yaitu Listening, Reading, dan Writing. Mau ke WC? Lakukanlah sebelum ujian dimulai jika tidak mau pipis (maaf) ditempat ujian, haha. Lagian juga tidak ada waktu. Setiap detik yang dilwati adalah tekanan dan berharga. Lonceng ‘kematian’ terus dibunyikan dari depan yang berbunyi “40 minutes. 20 minutes. 5 minutes”. Berpaculah dengan jarum jam untuk mengerjakan soal yang diberikan. Anda yang menang, atau jamnya yang sorak sorai sambil berkata “you are loser, man!”. Maka, manajemen waktu adalah kata kuncinya.
Babak kedua adalah ujian Speaking. Dipanggil satu persatu menghadapi orang-orang yang punya bahasa alias bule. Babak ini juga terbagi menjadi tiga ronde yaitu speaking task 1, task 2 dan task 3 yang semua juga diberi waktu agar tidak seperti ngobrol di warkop kali ya, hehe. Berbicara langsung dengan orang bule tentunya cukup ‘challenging’. Apa yang paling ditakutkan? Lain yang ditanya, lain yang dijawab! Istilah IELTS-nya OOT (out of topic). Jika itu yang terjadi, penguji tidak menghentikan anda bicara, tapi cukup senyum-senyum simpul sambil ngomong dalam hati “ini anak jaka sembung bawa golok”. hahaha.
Jika sudah selesai, keluarlah. Jangan teriak dulu. Sabar, karena masih harus sidik jari sekali lagi sebagai tanda perpisahan. Setelah itu, keluarlah dengan tetap waspada.. Jika ujian di lantai dua, turunlah dengan hati-hati, karena banyak juga yang habis ujian tidak tau lagi jalan keluar, haha. Jangan terlalu stress karena ‘badai’ IELTS baru saja berlalu. Jika hasilnya belum memuaskan, masih ada hari esok. Coba lagi!
*Dosen UIN STS Jambi.
www.bahren13.wordpress.com