Oleh: Fauziah Syahraani
Kenali.co, Bila kita melihat sedikit ke belakang, mencoba memperhatikan wajah pendidikan di Indonesia. Tentu sudah sangat berbeda dengan pendidikan saat ini. Sudah banyak transformasi yang terjadi, Hal ini terjadi juga karena peran dari transformasi dunia. Ia telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan termasuk lembaga pendidikan. Pendidikan di tuntut untuk menjadi relevan dengan tantangan dan peluang yang terjadi di kehidupan nyata . Namun apakah transformasi yang telah terjadi pada dunia pendidikan tidak memiiki dampak negative? Tentu saja transformasi ini memiiki dampak negative.
Hingga saat ini pun Indonesia masih berada di tahap siaga dalam dunia pendidikan. Sudah terlalu banyak masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia akibat dari transformasi ini. Mulai dari masalah kebijakan kurikulum, sarana dan prasana, masalah pelecehan dan kekerasan baik terhadap guru atau pun siswa, sampai pada masalah kualitas pengajar di Indonesia. Dalam tulisan kali ini saya ingin menekankan pada SDM Indonesia untuk Dunia pendidikan terutama untuk pengajar nya.
Sebagaimana kita ketahui seorang pengajar atau guru merupakan orang tua ke dua bagi siswanya, namun apa jadi nya bila tenaga pengajar di Indonesia sudah terjebak dalam industrisasi pendidikan. Bagaimana jika mereka sudah mengedepankan pengguguran tugas ketimbang penunaian tanggung jawab. Miris memang, namun itu lah yang tengah di hadapi oleh dunia pendidikann di Indonesia. Banyak tenaga pengajar atau guru di Indonesia khususnya di tingkat sekolah dasar lebih mementingkan Pengguguran tugas dari pada Penunaian tanggung jawab.
Banyak dari mereka yang hanya sekedar masuk, mengisi absen, memberi tugas tanpa penjelasan kepada siswanya lalu dalam kurun waktu sekian menit tugas tersebut harus di kumpul dan mereka pergi menghilang entah kemana, apabila waktu yang di berikan tidak cukup, maka otomatis tugas tersebut menjadi PR atau pekerjaan rumah untuk siswa-siswa nya. Sikap pasif seperti ini tentu sangat mempengaruhi pola pikir siswa nya. Tidak ada interaksi yang berarti dalam kelas. Sikap guru yang pasif seperti ini tentu dapat menghambat kreatifitas siswa nya nya.
Dunia pendidikan harus nya di dukung oleh kapasitas tenaga pengajar yang memadai, karena pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, di sana lah peningkatan kapasitas anak bangsa dapat di lakukan. Jadi jangan sampai sikap para pengajar yang pasif ini menghambat perkembangan potensi siwanya. Sejati nya pekerjaan seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia, bahkan mereka di juluki “pahlawan tanpa tanda jasa”, namun bagaimana bila tenaga pengajar sekarang banyak yang berorientasi pada materi, masih bisakah mereka di sebut “pahlawan tanpa tanda jasa”?
Bila hal ini terus di biarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki generasi yang kehilangan etika karena terlalu manja dan cengeng, akibat kurang nya tanggung jawab seorang pengajar dalam menunaikan tugas nya. Oleh karena itu marilah sama-sama kita menumbuhkan kesadaran dan membangun kerja sama antara tenaga pengajar atau guru dengan para siswa nya.
Sebagai seorang guru hendak nya ketika datang ke sekolah tidak hanya melakukan “ritual” nya belaka, namun setidak nya ketika para siswa pulang dari sekolah selalu ada “oleh-oleh baru” yang di bawa nya pulang. Mari hidupkan kembali kepercayaan masyarakat akan citra mulia seorang guru. Untuk itu sekali lagi jangan sampai kita hanya menggugurkan tugas, tanpa menunaikan tanggung jawab. Seperti sabda Rasulullah berikut ini, “Masing-masing kalian adalah pengembala, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas pengembalannya” [Muttafaqun’alaih].
*Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi
Oleh: Fauziah Syahraani
Kenali.co, Bila kita melihat sedikit ke belakang, mencoba memperhatikan wajah pendidikan di Indonesia. Tentu sudah sangat berbeda dengan pendidikan saat ini. Sudah banyak transformasi yang terjadi, Hal ini terjadi juga karena peran dari transformasi dunia. Ia telah merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan termasuk lembaga pendidikan. Pendidikan di tuntut untuk menjadi relevan dengan tantangan dan peluang yang terjadi di kehidupan nyata . Namun apakah transformasi yang telah terjadi pada dunia pendidikan tidak memiiki dampak negative? Tentu saja transformasi ini memiiki dampak negative.
Hingga saat ini pun Indonesia masih berada di tahap siaga dalam dunia pendidikan. Sudah terlalu banyak masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia akibat dari transformasi ini. Mulai dari masalah kebijakan kurikulum, sarana dan prasana, masalah pelecehan dan kekerasan baik terhadap guru atau pun siswa, sampai pada masalah kualitas pengajar di Indonesia. Dalam tulisan kali ini saya ingin menekankan pada SDM Indonesia untuk Dunia pendidikan terutama untuk pengajar nya.
Sebagaimana kita ketahui seorang pengajar atau guru merupakan orang tua ke dua bagi siswanya, namun apa jadi nya bila tenaga pengajar di Indonesia sudah terjebak dalam industrisasi pendidikan. Bagaimana jika mereka sudah mengedepankan pengguguran tugas ketimbang penunaian tanggung jawab. Miris memang, namun itu lah yang tengah di hadapi oleh dunia pendidikann di Indonesia. Banyak tenaga pengajar atau guru di Indonesia khususnya di tingkat sekolah dasar lebih mementingkan Pengguguran tugas dari pada Penunaian tanggung jawab.
Banyak dari mereka yang hanya sekedar masuk, mengisi absen, memberi tugas tanpa penjelasan kepada siswanya lalu dalam kurun waktu sekian menit tugas tersebut harus di kumpul dan mereka pergi menghilang entah kemana, apabila waktu yang di berikan tidak cukup, maka otomatis tugas tersebut menjadi PR atau pekerjaan rumah untuk siswa-siswa nya. Sikap pasif seperti ini tentu sangat mempengaruhi pola pikir siswa nya. Tidak ada interaksi yang berarti dalam kelas. Sikap guru yang pasif seperti ini tentu dapat menghambat kreatifitas siswa nya nya.
Dunia pendidikan harus nya di dukung oleh kapasitas tenaga pengajar yang memadai, karena pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, di sana lah peningkatan kapasitas anak bangsa dapat di lakukan. Jadi jangan sampai sikap para pengajar yang pasif ini menghambat perkembangan potensi siwanya. Sejati nya pekerjaan seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia, bahkan mereka di juluki “pahlawan tanpa tanda jasa”, namun bagaimana bila tenaga pengajar sekarang banyak yang berorientasi pada materi, masih bisakah mereka di sebut “pahlawan tanpa tanda jasa”?
Bila hal ini terus di biarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki generasi yang kehilangan etika karena terlalu manja dan cengeng, akibat kurang nya tanggung jawab seorang pengajar dalam menunaikan tugas nya. Oleh karena itu marilah sama-sama kita menumbuhkan kesadaran dan membangun kerja sama antara tenaga pengajar atau guru dengan para siswa nya.
Sebagai seorang guru hendak nya ketika datang ke sekolah tidak hanya melakukan “ritual” nya belaka, namun setidak nya ketika para siswa pulang dari sekolah selalu ada “oleh-oleh baru” yang di bawa nya pulang. Mari hidupkan kembali kepercayaan masyarakat akan citra mulia seorang guru. Untuk itu sekali lagi jangan sampai kita hanya menggugurkan tugas, tanpa menunaikan tanggung jawab. Seperti sabda Rasulullah berikut ini, “Masing-masing kalian adalah pengembala, dan masing-masing kalian bertanggung jawab atas pengembalannya” [Muttafaqun’alaih].
*Mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi