Kenali.co, JAMBI- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama UN-ESCAP (United Nations of Environment and Social Commision for Asia and the Pacific), menetapkan Kota Jambi sebagai Pilot Project Propoor and Sustainable Solid Waste Management (Proyek Pemberdayaan Masyarakat Miskin dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan). Nantinya ratusan ton sampah di kota Jambi akan bisa diolah menjadi kompos dan bio gas yang dimanfaatkan menjadi energi listrik.
Menurut Walikota Jambi Syarif Fasha bahwa hibah bantuan tersebut sebesar RP1 miliar untuk pembangunan integrated Resource Recorvery Center (IRRC) atau Waste To Energy (WTE) sebagai Pilot Project di Pasar Talang Banjar.
“Nantinya sampah organik yang ada di Kota Jambi khususnya dari Pasar talang banjar akan diolah di sini. Hasilnya akan menjadi energi listrik yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Jambi,” kata Fasha saat melakukan peletakan batu pertama di Pasar Talang Banjar Rabu (27/9/2017).
Dikatakan Fasha bahwa setiap hari, Kota Jambi bisa menghasilkan sebanyak 1.543 Kubik atau setara dengan 670 ton. Dengan adanya alat pengubah sampah menjadi energi ini, bisa bermanfaat dalam membantu mengurangi dan mengatasi permasalahan sampah di Kota Jambi. Selain itu, Pemkot Jambi bisa hemat sebesar Rp20 hingga Rp30 miliar setiap tahun.
“Kita lebih hemat dalam biaya pengangkutan sampah dan lainnya. Sampah tidak harus dibawa lagi ke TPA. Ini sangat bermanfaat bagi Kota Jambi. Jika proyek ini berhasil, akan kita bangun juga di beberapa titik di Kota Jambi,” katanya.
Sementara itu menurut Bernadia Irawati Tjandradewi, Sekjen United Cities and local goverments asia pasific bahwa akan ada sebanyak 2 ton sampah organik setiap harinya akan diolah menjadi energi. Dikatakannya bahwa dengan pembangunan IRRC ini, maka akan sangat bermanfaat bagi warga kota Jambi.
“Pengurangan sampah organik yang biasanya hanya dibuang ke TPA tapi sekarang sudah bisa dimanfaatkan untuk kompos dan biogas, sehingga membuat masyarakat mengerti bahwa sampah juga mempunyai nilai yang tinggi," ujarnya.
Sementara itu menurut Sinta Saptarina direktur penilai kinerja limbah B3 dan limbah non B3, kementrian lingkungan hidup dan Kehutanan RI menyebutkan bahwa pilot project IRRC hanya ada dua di Indonesia, yaitu Malang dan Jambi. Dirinya berharap dengan adanya IRRC ini, masyarakat di Kota Jambi semakin sadar bahwa sampah memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan tidak hanya dibuang begitu saja.
"Kita berharap IRRC bisa bermanfaat di Jambi sehingga dapat dicontoh oleh kabupaten maupun kota lainnya. Program ini juga harus didukung oleh kebiasaan masyarakat yang harus membuang sampah tidak disembarang tempat karena sampah bisa memiliki manfaat yang sangat besar,” pungkasnya.
(Ali)
Kenali.co, JAMBI- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama UN-ESCAP (United Nations of Environment and Social Commision for Asia and the Pacific), menetapkan Kota Jambi sebagai Pilot Project Propoor and Sustainable Solid Waste Management (Proyek Pemberdayaan Masyarakat Miskin dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan). Nantinya ratusan ton sampah di kota Jambi akan bisa diolah menjadi kompos dan bio gas yang dimanfaatkan menjadi energi listrik.
Menurut Walikota Jambi Syarif Fasha bahwa hibah bantuan tersebut sebesar RP1 miliar untuk pembangunan integrated Resource Recorvery Center (IRRC) atau Waste To Energy (WTE) sebagai Pilot Project di Pasar Talang Banjar.
“Nantinya sampah organik yang ada di Kota Jambi khususnya dari Pasar talang banjar akan diolah di sini. Hasilnya akan menjadi energi listrik yang bisa dimanfaatkan untuk masyarakat Kota Jambi,” kata Fasha saat melakukan peletakan batu pertama di Pasar Talang Banjar Rabu (27/9/2017).
Dikatakan Fasha bahwa setiap hari, Kota Jambi bisa menghasilkan sebanyak 1.543 Kubik atau setara dengan 670 ton. Dengan adanya alat pengubah sampah menjadi energi ini, bisa bermanfaat dalam membantu mengurangi dan mengatasi permasalahan sampah di Kota Jambi. Selain itu, Pemkot Jambi bisa hemat sebesar Rp20 hingga Rp30 miliar setiap tahun.
“Kita lebih hemat dalam biaya pengangkutan sampah dan lainnya. Sampah tidak harus dibawa lagi ke TPA. Ini sangat bermanfaat bagi Kota Jambi. Jika proyek ini berhasil, akan kita bangun juga di beberapa titik di Kota Jambi,” katanya.
Sementara itu menurut Bernadia Irawati Tjandradewi, Sekjen United Cities and local goverments asia pasific bahwa akan ada sebanyak 2 ton sampah organik setiap harinya akan diolah menjadi energi. Dikatakannya bahwa dengan pembangunan IRRC ini, maka akan sangat bermanfaat bagi warga kota Jambi.
“Pengurangan sampah organik yang biasanya hanya dibuang ke TPA tapi sekarang sudah bisa dimanfaatkan untuk kompos dan biogas, sehingga membuat masyarakat mengerti bahwa sampah juga mempunyai nilai yang tinggi," ujarnya.
Sementara itu menurut Sinta Saptarina direktur penilai kinerja limbah B3 dan limbah non B3, kementrian lingkungan hidup dan Kehutanan RI menyebutkan bahwa pilot project IRRC hanya ada dua di Indonesia, yaitu Malang dan Jambi. Dirinya berharap dengan adanya IRRC ini, masyarakat di Kota Jambi semakin sadar bahwa sampah memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan tidak hanya dibuang begitu saja.
"Kita berharap IRRC bisa bermanfaat di Jambi sehingga dapat dicontoh oleh kabupaten maupun kota lainnya. Program ini juga harus didukung oleh kebiasaan masyarakat yang harus membuang sampah tidak disembarang tempat karena sampah bisa memiliki manfaat yang sangat besar,” pungkasnya.
(Ali)